Emma O’Brien and Phillipa Robertson, dalam jurnalnya “Future
leadership competencies:from foresight to current practice,” menyebutkan
tantangan bisnis yang berubah memerlukan keterampilan kepemimpinan yang
berbeda. Namun, hasil awal menunjukkan bahwa saat ini pemimpin organisasi
muncul secara signifikan kurang dipersiapkan untuk tantangan di depan. Secara
khusus, bila dibandingkan dengan peserta yang lebih tua, individu muda
tampaknya kurang dalam kompetensi kepemimpinan masa depan, variabel yang
terkait seperti penguasaan diri, keaslian dan kehadiran. Meskipun dapat
dikemukakan bahwa keterampilan tersebut secara tradisional dibudidayakan
bersama usia dan kebijaksanaan, lingkungan kondisi lingkungan bisnis yang
muncul, mereka membutuhkan pengembangan di kedua saat ini dan pemimpin yang
muncul. Di sisi lain, karyawan yang sudah tua tampaknya kurang dalam kompetensi
kepemimpinan masa depan berkenaan dengan kreativitas, ketahanan dan lokalisme,
bila dibandingkan dengan karyawan yang lebih muda. Sekali lagi, mengingat
adanya lingkungan bisnis yang cepat yang muncul secara global, semua kompetensi
pemimpin masa depan harus disempurnakan dalam Pelatihan pemimpin, terlepas dari
usia mereka.
Kepemimpinan sebagai konsep dan rangkaian praktek telah
menjadi obyek banyak literatur akademik dan populer. Kebanyakan literatur ini mengenai
pendekatan tertentu pada, atau model dari, kepemimpinan. Meskipun sulit untuk
mencapai konsensus tentang arti kepemimpinan yang tepat, Yukl mengklaim
“kebanyakan definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa hal itu melibatkan
proses pengaruh sosial di mana pengaruh yang disengaja digunakan oleh satu
orang (atau kelompok) atas orang (atau kelompok) lain untuk menyusun aktivitas
dan hubungan dalam satu kelompok atau organisasi” (Yukl, 1994:3). Teori
kepemimpinan bervariasi menurut berbagai pendekatan dan model yang berbeda.
Budaya organisasi birokratis memiliki hierarki yang rigid.
Konsekuensi dari organisasi birokrasi klasik adalah, faktor leadership atau
kepemimpinan memiliki peran yang sangat signifikan dalam menginisiasi suatu ide
dan gagasan. Dukungan manajemen terhadap perubahan tercermin dalam kepemimpinan
yang efektif. kepemimpinan yang efektif melibatkan pemantauan perubahan,
sehingga dapat segera diketahui apabila diperlukan koreksi, dan pemimpin
efektif mengetahui kapan diperlukan visi baru.
Organisasi-organisasi dewasa ini terus berhadapan dengan
perubahan, dari perubahan lingkungan, konstelasi politik, hingga peraturan
perundang-undangan. Para pemimpin dituntut untuk mampu secara terampil
membimbing organisasi menuju arah strategi baru.
Stoner (1995 p.470) menjelaskan kepemimpinan sebagai berikut
:
1) Leadeship involves other people (Pemimpin
bekerja dengan melibatkan orang lain)
Seorang pemimpin selalu terlibat dengan orang lain.
Kesediaan untuk menerima dan menjalankan perintah dari pimpinan adalah peran
anggota kelompok menetapkan status pemimpin dan memungkinkan suatu proses
kepemimpinan; tanpa masyarakat untuk dipimpin, semua kualitas kepemimpinan
seorang manajer akan tidak relevan.
2) Leadership involves an unequal distribution of
power between leaders and group members. (Kepemimpinan melibatkan
distribusi kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok).
3) The ability to use the different forms of power
to influence follower’s behaviors in a number of ways. (Kemampuan untuk
menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku orang/anggota
organisasi dengan beberapa cara)
4) This fourth aspect combines the first three and
acknowledges that leadership is about values (Aspek keempat dari
definisi Stoner tentang kepemimpinan menggabungkan ketiga aspek pertama dan
mengakui bahwa kepemimpinan adalah tentang nilai).
Kepemimpinan terkait erat dengan pemimpin. Kepemimpinan
hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi
pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan.
Ilmu manajemen menggambarkan seperti apa peran pemimpin
dalam organisasi. Secara perilaku, Covey (1992 p.34) memiliki gambaran
karakteristik seorang pemimpin sebagai :
1) Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga informal.
Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.
Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2) Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani. Dalam
memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang
baik. Dalam lingkungan pegawai negeri sipil yang memiliki tugas sebagai pelayan
masyarakat, budaya melayani harus menjadi ciiri pemimpin dalam organisasi
publik.
3) Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi. Seorang pemimpin menggunakan
energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung
kesuksesan. Untuk membangun hubungan baik dibutuhkan energi positif untuk. Seorang
pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi
tidak ditentukan.
Seorang pemimpin yang tidak memiliki sifat kepemimpinan yang
baik dianggap sebagai pemimpin yang tidak efektif. Ilmu manajemen menjelaskan
bagaimana pemimpin yang ‘buruk’ atau dengan kata lain pemimpin yang tidak
efektif kehilangan respek dari para bawahannya (tidak dihormati) merintangi
organisasi untuk berkinerja. Pemimpin yang tidak efektif gagal mempertahankan
pegawai yang baik, dan serta tidak dapat memotivasi pegawai yang ada.
Axelrod et al dalam Johnson dan Luecke (2005 p.37)
menjelaskan bagaimana pemimpin yang tidak efektif dapat membahayakan organisasi
:
“Keeping C performers in leadership positions lowers the
bar for everyone – a clear danger for any company that wants to create a
performance-focused culture. C performers hire other C performers, and their
continued presence discourages the people around them, makes the company a less
attractive place for highly talented people, and calls into questions the
judgment of senior leader”
Menempatkan individu yang kurang bagus akan menurunkan
standar dalam keseluruhan organisasi bahkan juga dapat membahayakan organisasi.
Kecenderungan dari individu yang kurang bagus menurut Axelrod, adalah akan
menjalin mitra dengan individu yang tidak bagus juga, kelanjutannya, keberadaan
mereka menciptakan atmosfer yang tidak baik bagi anggota-anggota organisasi,
secara keseluruhan pemimpin yang buruk menurunkan kinerja organisasi yang
dipimpinnya.
0 Comments:
Post a Comment